Senin, 09 Februari 2015

I'm a Moslem, No Valentine's Day

06.49

Hai sobat PSP!!
kali ini mimin mau sharing tentang valentine’s day menurut sudut pandang islam. Tanggal 14 februari sebagian penduduk dunia (terutama di bagian barat) merayakan hari kasih sayang atau valentine’s day. Perayaan yang didominasi oleh kalangan remaja ini biasanya memberikan hadiah kepada yang terkasih berupa coklat, boneka, bunga, atau yang semacamnyalah hehehe…
Tapi pada tau gak bro sist valentine’s day itu asal-usulnya darimana? Nih ya mimin bagi tau. Check this out!!
Ada banyak versi mengenai sejarah hari valentine ini, yang paling popular adalah kisah dari Santo Valentinus yaitu seorang pastur terkemuka pada masa Kaisar Claudius II yang konon meninggal pada tanggal 14 februari 269 M.
Menurut versi Yunani kuno, dimana menurut tarikh kalender Athena kuno, pertengahan bulan januari sampai pertengahan bulan februari (bulan Gamelion) dikenal dengan periode cinta dan kesuburan. dimana mereka menjadikannya sebagai hari penghormatan terhadap pernikahan dewa mereka, yaitu Dewa Zeus dengan Dewi Hera.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Pada hari itu, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya. Keesokan harinya, 15 februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda mencambuk gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuan itu berebutan untuk bisa mendapat cambukan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat cambukan maka mereka akan bertambah cantik dan subur. 
Namun setelah agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine. Barulah berabad-abad setelahnya hari valentine dipermanis dan dicampur-adukan dengan kepentingan komersial seperti sekarang ini.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat “dating” yang sering di akhiri dengan tidur bersama (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine’s Day. 
Perayaan Valentine’s Day di negara-negara barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan. Na’udzubillahi mindzaliq…
Seiring berjalannya waktu, hari valentine kian berkembang ditambah dengan promosi besar-besaran di berbagai media seperti televisi, majalah, koran, internet dan buku-buku, membuat budaya valentine’s day yang notabenenya berasal dari legenda kini menjadi mendunia, yang begitu dipuja dan dinanti para kawula muda.
Seperti hadist Rasulullah SAW “Barang siapa yang mengikuti suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” H.R. Tirmidzi. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk menghentikan tradisi paganisme ini, mulai dari diri sendiri atau mengajak teman dan kerabat untuk lebih berpikir kritis dalam budaya yang tidak jelas asal-usulnya. Budaya barat kerap menjadi primadona dan kiblat trend remaja Indonesia saat ini, dan hal itu semakin memudahkan “mereka” untuk mendoktrin pola pikir remaja saat ini, lalu kita mulai terbiasa dan membudayalah tradisi yang dulu kita anti untuk melakukannya dan kini justru menjadi hal yang wajib kita lakukan. Yang paling parah adalah jika sudah terkait dengan akidah agama islam, serta bisa menimbulkan boomerang antar agama dan menjalar ke bidang lainnya seperti ekonomi, politik, sosial dan korbannya adalah masa depan generasi penerus bangsa…
Yang terpenting dari semua ini adalah bentengi diri ini dengan iman terhadap Allah SWT dan ajaran rasul-rasul-Nya. Kita adalah generasi akhir zaman, bawalah dan sebarkanlah ajaran agama yang haq ini. Say  “I’m a Moslem and I’m not celebrating of Valentine’s Day”. (dedess03)

0 komentar:

Posting Komentar